Lawakan Gus Dur tentang Letkol Prabowo Dan Preman Cengkareng

Lawakan Gus Dur tentang Letkol Prabowo Dan Preman Cengkareng

My-Dock - Perkenalan Gus Dur dengan Prabowo Subianto terjalin lewat penyampaian pesan dari mantan Presiden Soeharto kepada sang Ketua Umum PBNU. Waktu itu Prabowo berpangkat Letnan Kolonel dan menyampaikan pesan dari mertuanya (Soeharto) supaya Gus Dur membatalkan rencananya menggelar “Rapat Akbar dua juta umat” pada tahun 1992 M di Parkir Timur Senayan Jakarta.

Gus Dur jengkel dengan tekanan-tekanan yang sering datang dari Soeharto terhadap dirinya, lalu beliau menulis surat panjang kepada Soeharto, sambil mengutip pengalaman negara Aljazair dan Tunisia tentang bangkitnya “Islam Militan” kepada Prabowo, beliau bilang bahwa jika acara itu tidak di idzinkan, aku tidak mau lagi ikut-ikutan ngurus negara.

Acara itu akhirnya tetap berlangsung, tetapi dengan jumlah hadirin yang jauh lebih kecil. Waktu itu Gus Dur ditanya wartawan tentang jadi atau tidaknya acara itu digelar. Jawabnya “Ya tetap jadi, Lurahe wahe wis oleh kok”. Maksudnya “Lurahe” (Presiden Soeharto) sudah memberi idzin. Terdengar kabar, banyak delegasi warga NU dari luar kota yang dicegat di pintu-pintu masuk Jakarta, supaya tidak memadati Parkir Timur Senayan Jakarta, untuk menghindari hal yang tak diinginkan penguasa, atau setidaknya supaya Gus Dur tidak terlihat gamblang punya du kungan massa yang besar di negeri ini.

Sejak itu Gus Dur dan Prabowo rupanya sering kali bertemu, baik dalam suasana yang akrab maupun kurang intim. Menurut Gus Dur kepada seorang kawannya, pada hari-hari setelah kerusuhan Mei, Prabowo sempat datang kerumah Gus Dus di Ciganjur pada pukul dua pagi dengan dikawal dua panser. Pada saat kerusuhan Mei itu terjadi pelanggaran ham yang cukup berat, yaitu adanya penculikan beberapa aktivis mahasiswa, dan dalang dari semua penculikan itu dialamatkan kepada Prabowo Subianto, namun setelah TGPF (Tim Gabungan Pencari Fakta) menemukan fakta keterlibatan Prabowo, maka dia dipecat sebagai Komandan Kopasus anti teror. Setelah itu kemudian Prabowo mengasingkan diri ke “Yordania” sejak kariernya di Angkatan Darat berakhir. Konon selama dipengasingan itu, Prabowo juga beberapa kali bertemu Gus Dur atau setidak-tidaknya melakukan kontak komunikasi.

Nah,………..dalam suatu kontak itu, kata Gus Dur, Prabowo minta saran kepada beliau “Apakah tepat apabila dia pulang ke Indonesia saat ini ?”, (Waktu itu masih masa pemerintahan BJ Habibie). Jawaban Gus Dur unik :
“Saya bilang pada Prabowo, dia sebaiknya jangan pulang sekarang, sebab jika pulang sekarang, baru sampai Airport bisa-bisa dihabisin sama preman Cengkareng”, akhirnya Prabowopun membatalkan kepulangannya.

Tidak jelas siapa sebenarnya yang dimaksud Gus Dur dengan preman Cengkareng. Kalau preman betulan, apalagi yang menguasai daerah bandara itu, rasanya bukan, sebab tidak pernah terdengar bahwa mereka begitu hebat dan kuat. Jadi tidak mungkinkah yang beliau maksud sebenarnya adalah lawan-lawan Prabowo sendiri yang masih berkuasa di tubuh TNI ?, tanya saja pada Gus Dur sendiri.

Mengenal KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

Mengenal KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

My-Dock - Pada waktu masih kanak-kanak, Gus Dur pernah di asuh oleh seorang santri dari Ponorogo yang bernama Kang Mungin dari Munggu Bungkal Ponorogo. Di pagi hari biasa para santri momong anak lelaki putra gurunya, yang bernama Abdurrahman Wahid, dia sedang belajar berjalan, jangkahnya tertatih-tatih, sebentar-sebentar ia terjatuh. Setiap kali ia jatuh oleh kang Mungin ditolongnya dengan dibangunkan dan dibersihkan badan dan kakinya dari debu yang menempel.

Tetapi ketika abahnya KH. A. Wahid Hasyim ayah Gus Dur melihat peristiwa itu, beliau segera melarang para santri melakukan hal itu, sebari berkata “Jangan di tolong !, biarkan dia berdiri sendiri, agar nanti bisa cepat mandiri”. Para santripun berdiam diri, mereka hanya bisa mengamati gus-nya sedang belajar berjalan, tanpa bisa memberikan pertolongan.

Pada tahun 2000 M, ketika itu Gus Dur menjabat sebagai Presiden RI, beliau pernah juga datang berkunjung ke rumah mbah KH. Mungin yang berada di Munggu Bungkal Ponorogo, untuk bersilaturrahim kepada pengasuhnya di waktu kecil. 

KH. Abdurrahman Wahid lahir pada hari : Ahad Pahing, tanggal : 1 Rajab 1359 H bertepatan dengan tanggal : 04  Agustus 1940 M, di Denanyar Jombang. Ayah beliau bernama : KH. A. Wahid Hasyim bin KH. Hasyim ‘Asy’ari (Tebuireng). Sedangkan ibunya bernama : Ny. Hj. Sholihah binti KH. Bisri Syansuri (Denanyar).

Gus Dur menamatkan pendidikan dasar (SD) di Ja-karta tahun 1953 M,  karena pada saat itu beliau mengikuti abahnya KH. Wahid Hasyim yang lagi tugas di Jakarta menjabat sebagai Menteri Agama dalam kabinet Hatta ( 20 Desember 1949 – 6 September 1950 ), kemudian pada kabinet Natsir ( 6 September 1950 – 27 April 1951 ) dan terakhir kabinet Sukiman ( 27 April 1951 – 3 April 1952 ) dan beliau sebagai perintis dan pelopor berdirinya perguru an tinggi IAIN ( Institut Agama Islam Negeri ) di seluruh Indonesia.

KH. Wahid Hasyim meninggal dunia pada hari : Ahad Pon tanggal : 5 Sya’ban 1372 H / 19 April 1953 M, akibat kecelakaan mobil yang dinaikinya di daerah Cimindi sebuah kota antara Cimahi dan Bandung dalam usia 39 tahun, dan dimakamkan di dekat makam Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari di lingkungan PP. Tebuireng Jombang, ketika itu Gus Dur baru menamatkan sekolah di tingkat dasarnya.

Setelah tamat SD di Jakarta Gus Dur melanjutkan belajarnya di SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Perta- ma) Gowangan Yogjakarta sekaligus nyantri di Pondok Pe santren Krapyak (1956). Setelah tamat dari SMEP, beliau melanjutkan belajarnya di Pesantren Tegalrejo Magelang, selama 3 tahun kemudian ke Pesantren Tambakberas Jombang, mengajar di Madrasah Muallimat Tambakberas sejak tahun 1959.

Pada tahun 1960 melanjutkan pendidikannya di Universitas al-Azhar Cairo Mesir, lalu pindah ke Fakultas Sastra Universitas Baghdad Iraq, tetapi keduanya tidak sampai tamat. Sampai awal tahun 1970 masih aktif dalam setiap kegiatan PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Timur Tengah. Pulang dari Iraq mengajar di Fakultas Ushuluddin Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Tebuireng Jombang, sekaligus menjadi Dekannya (1972-1974), lalu menjadi Sekretaris Pesantren Tebuireng (1974-1979), pada tahun 1979 masuk kejajaran NU sebagi wakil Katib Aam PBNU. Kemudian pada Muktamar ke 27 di Situbondo Jawa Timur beliau terpilih sebagai Ketua Umum PB- NU bersama KH. Ahmad Shidiq sebagai Rais Aam-nya.

Dalam Muktamar NU ke 28 di PP. Krapyak Yogjakarta 1989 M, beliau dipilih kembali sebagi Ketua Umum PBNU yang kedua kalinya, dan pada Muktamar ke 29 di Cipasung 1994 M, masih dipercaya lagi menjabat sebagai Ketua Umum PBNU. Kemudian  dalam Muktamar NU ke 30 di PP. Lirboyo Kediri Jawa Timur ( 1999 ) Gus Dur yang saat itu menjadi Presiden RI diangkat menjadi salah seorang Mustasyar PBNU.

Karier Politik Gus Dur
Pada masa awal meniti kariernya Gus Dur dikenal sebagai seorang kolumnis yang produktif, tulisannya banyak menghiasi halaman media masa nasional, terutama untuk majalah Tempo dan harian Kompas. Pernah menjadi Ketua Dewan Pelaksana Harian Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Juri Festifal Film Indonesia (FFI) dan juga pernah menjadi anggota MPR wakil dari DKI Jakarta.

Gus Dur memang sosok yang kontroversial, selain pernah mendapatkan penghargaan Ramon Magsaysay dari Philipina, ia juga mendapatkan penghargaan dari Yayasan Simon Perez Israel, disamping juga terpilih sebagai salah seorang presiden WCRP (World Coorporation Relegian President) persatuan umat ber-agama sedunia.

Semasa menjabat Ketua Umum PBNU yang ketiga kalinya (1998 M), PBNU memfasilitasi berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Gus Dur duduk sebagai Ketua Dewan Syuro partai tersebut. Nama PKB akhirnya lebih identik dengan Gus Dur daripada Ketua Umumnya, baik itu Matori Abdul Jalil maupun Dr. Alwi Sihab.

Dalam Sidang Umum MPR tahun 1999 M Gus Dur diangkat sebagai Presiden RI ke 4 (empat) menggantikan Prof. Dr. Ir. BJ. Habibie. Selama memegang jabatan Presiden Gus Dur banyak melakukan Reshuffle kabinet, sehingga banyak menimbulkan perlawanan dari partai-partai asal menteri itu berada. Puncaknya, beliau diserang lewat cara impeachment oleh para anggota DPR. Dan akhirnya dijatuhkan lewat SI (sidang istimewa) MPR tahun 2000, ketika itu MPR dipimpin oleh Dr. M. Amin Rais (Muhamma-diyah).

Menyambut 1 Muharram 24 Ribu Orang Tulis 40 Mushaf Al-Qur'an di Jombang

Menyambut 1 Muharam 24 Ribu Orang Tulis 40 Mushaf Al-Qur'an di Jombang

My-Dock News - Dalam rangka menyambut datangnya tanggal 1 Muharram setiap kota/kabupaten mempunyai agenda acara tersendiri, mulai dari kirab pusaka, pawai budaya, ada pula yang bersifat mistik seperti mencuci keris atau pusaka dan lain sebagainya. Akan tetapi ada yang berbeda dari kota Jombang, dalam rangka merayakan tahun baru Islam (1 Muharram), Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang akan mengadakan kegiatan menulis Al-Qur’an 30 juz atau disebut Iqro’ bil-qolam. Kegiatan tersebut akan dibantu oleh Pengurus Cabang Pergerakan mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jombang.

Kegiatan menulis Al-Qur'an 30 juz tersebut rencananya dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober 2014 bertempat di Alon-alon kota Jombang, dimulai pada pukul 08.00 Wib sampai dengan selesai. Panitia dalam acara menulis Al-Qur'an 30 juz tersebut meliputi seluruh banom NU dan juga PMII dengan mentargetkan kurang lebih sekitar 24.000 orang, baik dari kalangan NU maupun masyarakat umum.

Peserta yang datang dan mengikuti acara tersebut akan diajak untuk menulis 40 mushaf Al-Qur'an, dengan alokasi waktu 19 menit/orang/halaman mushaf. Selain kegiatan penulisan Al-Qur'an 30 juz, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) dan juga PMII kota Jombang juga mengadakan kegiatan Khatmil Qur'an di tempat yang sama.

Kegiatan ini merupakan salah satu cara yang dipilih PCNU untuk mendidik dan membangun budaya serta peradaban. Kegiatan ini juga dalam rangka mengasah ketrampilan, sikap dan tingkah laku yang Qur'ani bagi umat Islam di tanah kelahiran Mbah Hasyim. (doc. Ali Makhrus/PMII Jombang)

Awal mula lahirnya kegiatan tersebut berawal dari pemikiran bahwa Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam harus tetap dijaga dari perubahan-yang dimodifikasi manusia. (doc. Samsul Rijal/Sek Pan)

Dari kegiatan tersebut kami juga berharap, Jombang sebagai kota santri, kota pondok pesantren dan kota para pendiri Jam’iyyah Nahdlatul Ulama mampu mewujudkan masyarakat yang agamis, berprilaku mulia, dan berpendidikan. (doc.Abdullah Alawi)

Sumber : nu.or.id

Lambang Nahdlatul Ulama



Lambang NU diciptakan oleh KH. Ridlwan Abdullah, salah seo-rang pengurus A’wan Syuriah PBNU pereode pertama tahun 1926, mela lui hasil shalat istikharah ( shalat untuk meminta petunjuk langsung dari Alloh SWT ). Sehingga diyakini bahwa lambang itu tidak sembarangan.

Lambang NU terdiri dari Bumi dikelilingi tampar yang mengikat, untaian tampar berjumlah 99, lima bintang diatas bumi, yang tengah beru kuran besar, dan empat bintang di bawah bumi, serta terdapat tulisan Nah dlatul Ulama dalam bahasa Arab melintang di tengah garis bumi ( Katulis tiwa ) dan di bawah bumi ada tulisan NU dalam huruf latin.

Arti Lambang NU :
  1. Bumi ( bola dunia ) adalah tempat manusia berasal, menjalani hidup dan akan kembali. Sesuai dengan ayat 55 surat Thaha.
  2. Tampar yang melingkar dalam posisi mengikat adalah tali ukhuwah ( Per satuan yang kokoh. Sesuai dengan ayat 103 surat Ali-Imron.
  3. Peta Indonesia adalah bahwa NU didirikan di Indonesia dan ber-juang untuk kejayaan NKRI.
  4. Dua simpul ikatah di bagian bawah adalah hubungan vertikal kepada Alloh (hablum minalloh), dan hubungan horisontal dengan sesama manusia.
  5. Untaian tampar berlumlah 99 adalah nama-nama Alloh yang terpuji ( Asmaul Husna ) yang 99.
  6. Empat bintang kecil melintang diatas bumi bermakna Khulafaur Rosyi din yang terdiri dari : Abu Bakar as-Shidiq, Umar bin al-Khathab, Uts man bin Affan dan Ali bin Abi Thalib ra.
  7. Satu bintang besar terletak diantara empat bintang diatas bumi melam bangkan Rasulullah Saw.
  8. Empat bintang dibawah bumi adalah empat imam madzhab Ahlus Su-nah wal Jama’ah yang terdiri dari: Hanafi, Hanbali, Syafi’i dan Maliki.
  9. Jumlah bintang seluruhnya sembilan, bermakna Wali Songo penyebar agama Islam di tanah Jawa.
  10. Tulisan Nahdlatul Ulama’ dalam huruf Arab melintang ditengah bumi, berarti nama organisasi yang berarti Kebangkitan Ulama.
  11. Warna dasar hijau bermakna kesuburan.
  12. Tulisan warna putih bermakna kesucian.

Perangkat Organisasi Nahdlatul Ulama (NU)

Dalam menjalankan programnya NU mempunyai tiga perangkat organisasi :
1.      Badan Otonom, disingkat ( BANOM ), adalah perangkat organisasi yang berfungsi melaksanakan kebijakan yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan beranggotakan perorangan. NU mempunyai sepuluh Badan Otonom ( BANOM ) yaitu :
a)      JATMAN : Jam’iyah Ahli Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdli- yah, membantu melaksanakan kebijakan pada pengikut Thariqah yang mu’tabar di lingkungan NU, serta membina dan mengem- bangkan seni hadrah.
b)     JQH : Jam’iyatul Qurra’ wal Hufadl, melaksanakan kebijakan pada kelompok qori’ qori’ah dan hafidl hafidlah.
c)      MUSLIMAT melaksanakan kebijakan pada anggota perempuan Nahdlatul Ulama.
d)     FATAYAT melaksanakan kebijakan pada anggota perempuan mu da Nahdlatul Ulama.
e)     GP. ANSOR : Gerakan Pemuda Ansor melaksanakan kebijakan pada anggota pemuda NU, GP Ansor menaungi BANSER ( Bari-san Ansor Serbaguna ) yang menjadi salah satu unit bidang garap-nya.
f)        IPNU ( Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama ) melaksanakan kebijakan pada pelajar laki-laki dan santri laki-laki. IPNU menaungi CBP ( Corp Brigade Pembangunan ) semacam Satgas khususnya.
g)      IPPNU ( Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama ) melaksanakan kebijakan pada pelajar perempuan dan santri perempuan.
h)     ISNU ( Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama ) membantu melaksana-kan kebijakan pada kelompok Sarjana dan kaum Intelektual.
i)       SARBUMUSI  ( Serikat Buruh Muslimin Indonesia ) melaksana-kan kebijakan di bidang kesejahteraan dan pengembangan ketena-gakerjaan.
j)       PNNU ( Pagar Nusa Nahdlatul Ulama ) melaksanakan kebijakan pada pengembangan seni beladiri.

2.      LAJNAH : adalah perangkat organisasi untuk melaksanakan program yang memerlukan penanganan khusus, dan di NU ada dua Lajnah :
a)      LFNU ( Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama ) bertugas mengurus masalah Hisab dan Ru’yah, serta pengembangan ilmu Falak.
b)      LTNNU ( Lajnah Ta’lif wan Nasyr ) bertugas mengembangkan penulisan, penerjemahan dan penerbitan kitab / buku, serta media informasi menurut faham Ahlus Sunah wal Jama’ah.

3.      LEMBAGA : adalah perangkat departementasi organisasi yang ber-fungsi sebagai pelaksana kebijakan, berkaitan dengan suatu bidang tertentu, dalam organisasi NU memiliki empat belas ( 14 ) Lembaga :
a)      LDNU ( Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama ) melaksanakan kebijakan di bidang pengembangan dakwah agama Islam yang menganut faham Ahlus Sunah wal Jama’ah.
b)      LPMNU (Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama) melak- sanakan kebijakan dibidang pendidikan dan pengajaran formal.
c)      RMI ( Rabithah Ma’ahid al-Islamiyah ) melaksanakan kebijakan di bidang pengembangan pondok pesantren.
d)     LPNU ( Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama ) melaksana- kan  kebijakan dibidang pengembangan ekonomi warga.
e)      LP2NU ( Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama ) melaksanakan kebijakan di bidang pengembangan pertanian, ling-kungan hidup dan eksplorasi kelautan.
f)       LKKNU ( Lembaga Kemslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama ) melaksanakan kebijakan di bidang kesejahteraan keluarga, sosial dan kependudukan.
g)      LAKPESDAM ( Lembaga Kajian Pengembangan Sumberdaya Manusia ) melaksanakan kebijakan di bidang pengkajian dan pe-ngembangan sumberdaya manusia.
h)      LPBHNU ( Lembaga Penyuluhan dan Pemberian Bantuan Hu- kum Nahdlatul Ulama ) melaksanakan penyuluhan dan pemberian bantuan hukum.
i)        LESBUMI ( Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia ) melak-sanakan kebijakan di bidang pengembangan seni dan budaya.
j)        LAZISNU ( Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama ) bertugas menghimpun, mengelola dan mentasharufkan zakat infaq dan shadaqah.
k)      LWPNU ( Lembaga Wakaf dan Pertanahan Nahdlatul Ulama ) bertugas mengurus, mengelola serta mengembangkan tanah dan bangunan serta harta benda wakaf lainnya milik NU.
l)        LBMNU ( Lembaga Bahtsul Masa’il Nahdlatul Ulama ) bertugas membahas dan memecahkan masalah-masalah yang Maudlu’iyah (tematik) dan Waqi’iyah (aktual) yang memerlukan jawaban dan kepastian hukum.
m)    LTMI ( Lembaga Ta’mir Masjid Indonesia ) melaksanakan kebija kan di bidang pengembangan dan pemberdayaan masjid.
n)      LPKNU ( Lembaga Pelayanan Kesehatan Nahdlatul Ulama ) me-laksanakan kebijakan di bidang kesehatan.

Struktur Kepengurusan Nahdlotul Ulama (NU)

A.    Struktur Organisasi NU :
  1. PBNU ( Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ) untuk tingkat pusat, berkantor di Ibu kota Negara.
  2. PWNU ( Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama ) untuk tingkat provinsi berkantor di Ibu kota Provinsi.
  3. PCNU ( Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama ) untuk tingkat Kabupaten / Kota, berkantor di daerah Kabupaten atau Kota Madya (Kodya).
  4. PCINU ( Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama ) untuk luar negeri, berkantor di Ibu kota Negara dimana di negara itu sudah dibentuk kepengurusan NU.
  5. MWCNU ( Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama ) untuk tingkat kecamatan.
  6. PRNU ( Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama ) untuk tingkat Desa.
  7. PARNU ( Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama ) untuk tingkat Dukuhan / Lingkungan.

B.     Struktur Lembaga Kepengurusan NU.
  1. Mustasyar ( Penasehat )
  2. Syuriah ( Pimpinan tertinggi ) terdiri dari :
    Ø  Beberapa Wakil Rais
    Ø  Katib.
    Ø  Beberapa Wakil Katib
       Ø  A’wan
       Ø  Rais
  3. Tanfidziyah ( Pelaksana Harian ) terdiri dari :
    Ø  Beberapa Ketua
    Ø  Sekretaris
    Ø  Beberapa Wakil Sekretaris
    Ø  Bendahara
       Ø  Beberapa Wakil Bendahara.
       Ø  Ketua
C.     Struktur Organisasi Lajnah, Banom dan Lembaga :
  • PP ( Pimpinan Pusat ) untuk tingkat Pusat.
  • PW ( Pengurus Wilayah ) untuk tingkat Provinsi.
  • PC ( Pimpinan Cabang ) untuk tingkat Kabupaten / Kodya.
  • PAC ( Pimpinan Anak Cabang ) untuk tingkat Kecamatan.
  • Ranting untuk tingkat Desa / Kelurahan.
  • Komisariat untuk kepengurusan di sauatu tempat tertentu.

Logo IPNU

IPNU lahir pada tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H / 24 Pebruari 1954, ketika diselenggarakan kongres LP ma’arif di Semarang. IPNU adalah salah satu badan otonom NU yang menangani pelajar, remaja dan santri. Sebelum IPNU lahir, didaerah-daerah sudah terbentuk organisasi pelajar. Seperti, Persatuan Siswa NO (Persano) di Surabaya dan Ikatan Murid NO di Malang. Makna lambang IPNU,


1.  Warna hijau melambangkan subur, kuning melambangkan hikmah yang tinggi dan putih bermakna kesucian. Warna kuning diantara putih melambangkan hikmah dan cita-cita yang tinggi.
2.      Bentuk bulat bermakna kontinyu (terus-menerus).
3.      Tiga titik diantara kata I.P.N.U bermakna Islam, Iman dan Ihsan.
4.      Enam strip penggapit huruf I.P.N.U bermakna rukun iman.
5.      Bintang berarti ketinggian cita-cita.
6.      Sembilan bintang: lambang keluarga Nahdlarul Ulama.
a.      Satu bintang paling besar di tengah: Nabi Muhammad SAW.
b.    Empat bintang dikanan dan kiri: Khulafaur Rasyidin, yakni Abu Bakar as-Shidiq ra, Umar bin Khatab ra, Utsman bin affan ra dan Ali bin Abi Thalib ra.
c.  Empat bintang dibawah: madzhab empat, yaitu Hambali, Hanafi, Maliki dan Syafi’i.
7.      Dua kitab: Al-Qur’an dan Hadits.
8.    Bulu lambang ilmu. Dua bulu angsa bersilang melambangkan sintesa antara ilmu umum dan ilmu agama islam.
9.      Sudut bintang lima bermakna rukun islam.